Jejak Sejarah Islam Dipesisir Tenggara Kalsel

Kotabaru (Kalsel) – Sampanahan salah satu desa di wilayah Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan, dan Desa Sampanahan adalah bukti nyata Kisah sejarah perjalanan panjang bagian dari pada NKRI ini dlm perjuangan melawan penjajah dan perjuangan Syiar Islam di wilayah Pesisir Tenggara KalSel pada masa dulu.
Pusat Pemerintahan pertama yg terjadi di wilayah pesisir tenggara pada masa kekuasaan Sultan Banjar ke 6, yaitu SULTAN SAIDULAH yg memperkuat dan memperluas wilayah kekuasaannya diberikan wilayah dan aneksasi Kesultanan Banjar kepada Putra Mahkota nya RADEN BASUS (Pangeran Basus/Pangeran Halus Kesuma Alam) dengan Nama Keraja’an Tanah Bumbu, yang mana Wilayah kekuasaan nya di berikan dari Tanjung Silat Batakan sampai ke Tanjung Aru Tanah Grogot dan pusat pemerintahan nya sesuai Petunjuk Ayahanda Sultan Saidulah di Sungai Bumbu Sampanahan sa’at ini pada tahun 1660 M. Dan kerajaan Tanah Bumbu berakhir dimasa cucunya Ratu Mas sebagai Ratu dikerajaan Tanah Bumbu ke 3 dan terakhir tahun 1780,
Oleh Ratu Mas, karena Dia hanya memiliki Putri Tunggal yaitu Ratu Intan 1, maka Ratu Intan 1 di berikan wilayah kekuasaan terluas dari pecahan kerajaan Tanah Bumbu dijadikan Kerajaan-ketajaan kecil di wilayah Pesisir Tenggara di Nobatkan sebagai Ratu ke 1 dengan nama Kerajaan Cantung dan Batulicin 1 pada 1 Juni 1780, dan Pusat pemerintahan tetap di Sungai Bumbu Sampanahan sa’at ini.
Tahun 1830 kerajaan kecil lainnya di berikan kekuasaan kepada adik-adik tiri RATU INTAN 1, seperti Bangkala’an, Cengal, Manunggul dan Buntar Laut.
Dan sebelum nya juga Ratu Intan 1 Menobatkan Ponakan nya Pangeran Amir sebagai Penguasa Keraja’an Kusan pertama.
Pada tahun 1825-1841 ketika Raja Cantung ke 3 yang kekuasaannya bertempat di Desa Sakadoyan Kecamatan Pamukan Selatan yg di kenal sa’at ini dengan sebutan Gunung Jawa, menguasai kembali Kerajaan-kerajaan di pesisir Tenggara yg sempat terjadi perang saudara akibat Adu domba Pemerintah Hindia Belanda melalui Kesultanan Paser, dan akhirnya dapat di persatukan kembali oleh Pangeran Aji Jawa Penguasa Kerajaan Cantung ke 3 tersebut dan Sultan Ali Akbar sebagai orang kepercayaan nya di Sampanahan.
Maka pada 17 Desember 1841 sebelum Pangeran Aji Jawa bin Aji Raden mangkat atau tutup usia Menobatkan *Sultan Ali Akbar* sebagai Raja Sampanahan 1.
Di masa Pangeran Mangkoe Hina salah 1 Putra Sultan Ali Akbar inilah rakyat dikerajaan Sampanahan menemukan Kediaman Datu Syekh Pandan atau yg di Kenal sa’at ini Datu Pacah 4 yang berlokasi di Pahuluan Sungai Sampanahan hidup seorang diri.
Oleh Pangeran Mangkoe Hina di minta beberapa orang kepercayaan istana menemui Datu Syekh Pandan tersebut untuk di Jadikan Guru oleh Pangeran dan Keluarga istana juga warganya, hingga akhirnya Datu Syekh Pandan sakit dan tutup usianya.
Namun sebelum Beliau meninggal telah berwasiat, bahwa badannya nanti di minta di Makamkan di 4 tempat.
Pangeran dan petinggi Istana juga warganyapun bingung, tetapi dengan karomah nya Datu Syekh Pandan tersebut dan bukti Kekuasa’an Allah SWT, setelah 7 hari di Makamkan Pangeran Mangkoe Hina di beri Mimpi untuk membongkar Kembali Makam Datu Syekh Pandan tersebut, karena penasaran dan sesuai dengan Wasiat yg pernah di sampaikan, maka di lakukan lah Pembongkaran, dan ternyata memang sudah terpisah dan di laksanakan kembali Pemakaman Datu Syekh Pandan terpisah di 4 bagian atau tempat, sesuai wasiat terakhir Beliau.
Itulah Sejarah Singkat bagian kisah sejarah perjalanan dan Perjuangan Syiar Islam di wilayah Pesisir Tenggara Kalimantan Selatan.
Agenda Religi Tahunan Haul Datu Syekh Pandan atau Sayyid Umar bin Abdurrahman hari ini, Tahlil di Pimpin KH.Guru Muhammad Fadli dan Tausyiah oleh KH.Guru Abdul Hadi Arsyad keduanya Guru di Ponpes Darussalam Martapura Kab Banjar.
Sumber Sejarah dari salah satunya sejarawan Muda Banua Sekretaris LAK3C *Saijul Kurnain,S.H* dan tokoh masyarakat Desa Sampanahan *Akhmad Syafi’i* dan Gusti Majidi,Spd.
Redaksi :Sarmadi,S.Sos